Academia.eduAcademia.edu
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : Deby Shintya D.S ( 1221800017 ) Ririn Kusuma Ningrum ( 1221800030 ) Nerryssa Ananda Salsabila ( 1221800041 ) ( Kelas G Hari Senin 07.00 L. 802) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nyaa kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas pengantar filsafat ilmu dengan judul “Kumpulan Materi Tugas Membuat Makalah”. Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki dan menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga tugas makalah filsafat ilmu ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca. Surabaya, 17 Juni 2019 Penulis DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii A Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat 1 B Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu 12 C Antara Filsafat, Pengetahuan dan Ilmu 22 D Logika Berpikir Mencari Kebenaran 31 E Teori Kebenaran 44 F Filsafat Manusia 53 G Filsafat Etika dan Moral 64 H Tatanan Keilmuan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi 75 I Filsafat Pancasila 88 J Filsafat Karya Ilmiah 98 K Kumpulan Soal dan Jawab 107 A. MANFAAT MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk istimewa yang diciptakan Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak pada potensi-potensi yang Allah berikan kepadanya. Baik itu potensi yang berupa fisik ataupun non-fisik. Semua potensi fisik manusia memiliki fungsi yang sangat luar biasa kegunaannya bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, begitu pun dengan potensi non-fisik yang terdiri atas: jiwa (psyche), akal (ratio) dan rasa (sense). Dengan potensi akalnya, manusia mampu berfikir. Dengan potensi akalnya, manusia mampu menjadi mahluk yang lebih mulia kedudukannya dari pada mahluk lain. Berfikir filsafat bukan sekedar merupakan mata kuliah. Filsafat adalah suatu tindakan, suatu aktivitas. Filsafat adalah aktivitas untuk berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar dalam hidup manusia (apa tujuan hidup, apakah Tuhan ada, bagaimana menata organisasi dan masyarakat, serta bagaimana hidup yang baik), dan mencoba menjawabnya secara rasional, kritis, dan sistematis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut : 1.Apa pengertian filsafat ? 2.Apa manfaat mempelajari filsafat? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan dari makalah ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat. 2. Untuk mengetahui manfaat mempelajari filsafat. BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Filsafat Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari realitas yang tertentu saja. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan dari sesuatu apapun, tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya, sedikitnya akan merugikan. Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat adalah akarnya, yaitu bagian yang berhubungan langsung dengan sumber kehidupan pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, ilmu pengetahuan berhubungan dengan apa yang terlihat atau yang biasa disebut menggejala atau mewujud. Terlebih lagi kaum awam, Ia hanya dapat melihat sesuatu secara langsung atau yang berhubungan secara langsung, khususnya menjawab kebutuhan nyata dirinya sendiri. Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali akar masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan dilakukannya. Sebagai contoh pada Matematika,”Mengapa 5 x 5 lebih besar daripada 4 x 4?” Umumnya, orang percaya begitu saja, bahkan mempercayainya apa yang dikatakan orang lain, seperti guru atau orang tua dan kakaknya. Jawaban yang sebenarnya adalah adanya kesepakatan bahwa sebutan angka 5 lebih tinggi nilainya daripada 4. Dengan catatan, angka berikutnya lebih tinggi dari pada angka sebelumnya. Filsafat mengatakan,” Ingatlah di balik matematika itu ada suatu kesepakata, jika kesepakatannya tidak demikian, belum tentu 5 x 5 lebih besar daripada 4 x 4. Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok¬¬-tembok tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan miteserta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebutsebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri. Keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan. Itu karena keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu. B. Manfaat Filsafat Ilmu 1. Secara umum manfaat filsafat : Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar. Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan atau hanya merupakan sebagian dari kebenaran. Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam: menalar secara jelas membedakan argumen yang baik dan yang buruk menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda. Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni. Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren—semuanya ini merupakan ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat. 2. Secara khusus manfaat filsafat ilmu: Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni: Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut Agraha Suhandi (1989) Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk membuat hidup menjadi lebih baik Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan kita. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orangyang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat pemecahannya. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri). Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari kebenaran. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma. Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah dengan yang tidak ilmiah. Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni. Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu. Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup yang sejahtera. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung jawabkan secaralogis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. 3. Dilihat dari kehidupan sehari-hari: Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi – Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas. Dengan kata lain, Filsafatmengajarkankepadakitauntukmengertitentangdirisendiridandunia – Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang – Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran – Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka – Kita akan semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, karyaseni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru – Ide-ide yang lebih kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional – Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal – Membuat kita berpikir hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan – Persoalan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak dangkal, namun kaya akan warna. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi kecenderungan sifat egoism dan egosentrisme. Filsafat membantu menjadi diri sendiri – Lewat cara berpikir yang sistematis, holistic dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan pribadi terutama dalam haletika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas – Manfaat belajar filsafat akan mendobrak pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran manusia. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan – Terutama berbagai persoalan ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis – Dalam hal ini, berasal dari berbagai macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu – Filsafat memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran – Memberikan pandangan serta pengertian mengenai hidup. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral – Pembelajaran moral dan etika ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan. Filsafat dapat membangun semangat toleransi – Menjaga keharmonisan hidup di tengah perbedaan pandangan atau pluralitas. 4. Menurut Para Ahli Dr. Oemar A. Hosein mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. Soemadi Soejabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran H. De Vosber pendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. BAB III PENUTUP Kesimpulan Filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan dari sesuatu apapun, tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya, sedikitnya akan merugikan. Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat adalah akarnya, yaitu bagian yang berhubungan langsung dengan sumber kehidupan pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu memili banyak manfaat jika dipelajari. Filsafat banyak membantu dalam kehidupan sehari – hari. Secara garis besar, filsafat menambah pengetahuan dan hikmah dalam menemukan kebenaran serta dapat mempertajamkan pikiran. DAFTAR PUSTAKA https://ilmufilsafat.wordpress.com/category/manfaat-belajar-filsafat/ https://manfaat.co.id/20-manfaat-belajar-filsafat-bagi-kehidupan http://alhelya746.blogspot.com/2013/05/manfaat-belajar-filsafat.html B. SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memahami filsafat jelas tidak dapat dilepaskan dari sejarah pemikiran manusia itu sendiri. Pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi corak berpikir mitologis. Corak pemikiran ini diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, manusia mulai lebih rasional dengan menyertakan argumen-argumen logis dalam berfikir. Mulai dari sinilah fase awal dari berfikir secara filsafat lahir. Manusia mulai merumuskan pertanyaan-pertanyaan logis dan sistematis terkait dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Untuk mengetahui secara kronologis, maka akan disajikan dengan ringkas perkembangan sejarah filsafat berikut karakteristik di setiap periodenya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan ditemukan dan dianalisa dalam makalah ini lebih lanjut adalah: Bagaimanakah perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah ? C. Tujuan Penulis Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan filsafat ilmu. Namun lebih khusus lagi bertujuan untuk mengetahui: Perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah. BAB II PEMBAHASAN Masa Kuno Sejarah filsafat pada masa kuno dimulai dengan munculnya berbagai pemikiran yang mendalam tentang realitas (alam). Kesadaran ini memang awalnya merupakan renungan semata dari orang-orang yang disebut kaum bijak. Renungan tersebut akhirnya terumus dalam proposisi-proposisi yang sistematis dan logis. Dari sinilah sejarah filsafat mulai muncul. Dalam catatan sejarah, terutama sejarah di Barat, awal sejarah perkembangan filsafat dimulai dari Milete, di Asia kecil, sekitar tahun 600 S.M. Pada waktu itu Milete merupakan kota yang penting karena mempertemukan jalur perdagangan antara Mesir, Italia, Yunani dan Asia. Karena merupakan kota transit dari berbagai Negara yang terlibat dalam perdagangan, maka tidak menutup kemungkinan terjadi pertemuan berbagai latar belakang kebudayaan dan pemikiran. Oleh karena itu kota Milete dikenal sebagai pusat intelektualitas. Pemikiran filsafat Yunani periode awal sering diidentikkan sebagai filsafat alam. Identifikasi ini didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan perhatian pemikirannya cenderung mengarah ke pengamatan dunia sekitarnya, alam semesta, tipe filsafat ini disebut filsafat Pra-Socrates. Tokoh-tokoh filsuf masa kuno antara lain Thales ( + 600 S.M) menganggap bahwa air-lah yang merupakan unsur induk ini. Anaximander (+ 610-540 S.M) menganggap segala sesuatu berasal dari “yang tak terbatas” (apeiron). Anaximenes (+ 585-525 S.M) menyatakan bahwa udara-lah yang merupakan unsur induk segala sesuatu. Pythagoras (+ 500 S.M) menyatakan bahwa notasi matematika merupakan realitas asali yang membentuk dinamika alam semesta. Selain para filosof di atas, terdapat dua nama lain yang penting dari periode ini yakni Herakleitos (+ 500 S.M) dan Parmenides (515-440 S.M). Herakleitos mengajarkan bahwa segala sesuatu “mengalir” , segala sesuatu berubah terus-menerus seperti air yang terus mengalir di sungai. Sedangkan, Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sebaliknya tetap dan tidak berubah. Segala sesuatu yang betul-betul ada , itu kesatuan yang mutlak yang abadi dan tak terbagikan. Masa Klasik Zaman Socrates, Plato dan Aristoteles. Puncak filsafat Yunani sebesarnya terjadi pada periode zaman klasik. Pada zaman ini muncul filosof-filosof besar seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Pada tahun 470 SM lahir seorang filosof dengan metode dan sistem pemikiran yang lebih berkembang berbanding pendahulunya, Socrates (+ 470-399 S.M) yang bisa diketahui pemikirannya berdasarkan naskah-naskah salah seorang muridnya, Plato yang lazimnya disebut “dialog-dialog Plato”. Sebagai seorang moralis, Socrates berusaha mengembangkan sikapnya yang sangat mendasar mengenai hakikat hidup dan kehidupan manusia. Socrates mengajarkan bahwa kebenaran dan kepastian dapat dicapai melalui metode dialektika. Metode ini menurutnya dapat menuntun orang untuk mempersoalkan kenyataan yang ada secara terus menerus sampai akhirnya menemukan kepastian yang kokoh. Berbeda dengan gurunya, Plato ( 428-348 S.M) berkesimpulan bahwa sumber dari segala pengetahuan adalah ide absolut. Dalam hal ini, Plato lebih menaruh perhatian pada kualitas yang abstrak. Adapula murid Plato bernama Aristoteles (384-322 SM) yang namanya tidak asing lagi di telinga para kademisi. Sebagai seorang realis ia mendasarkan pemikirannya pada pengalaman. Menurut Aristoteles, berdasarkan pengalaman berulah selanjutnya subjek memberikan uraian mendasar mengenai data-data pengetahuan itu. Ia memandang pengetahuan sebagai hubungan timbal balik antara subjek dan objek dengan berbagai implikasinya. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumabnagnnya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Zaman Helenisme Helenisme diambil dari kata Yunani, Hellas. Helenisme adalah gerakan atau corak kebudayaan Yunani yang berkembang pada saat itu. Kebudayaan Helenisme berpusat di tiga kota besar: Athena, Alexandria (di Mesir) dan Antiochia (di Syria). Di tempat-tempat tersebut melahirkan corak aliran filsafat yang menonjol yakni Stosisme, Epikurisme dan Neoplatonisme. Stoisisme dengan tokoh Zeno dari Kition (333-262 S.M) ,pada dasarnya mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai kebahagian kalua ia bertindak sesuai akal budinya. Epikurisme yang dipelopori oleh Epikuros (341-270 S.M) mengajarkan bahwa “ kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita”. Sedangkan Neoplatonisme yang dipelopori Platinos (205-270), mengajarkan bahwa kenyataan ini pada dasarnya terselenggara melalui proses yang berasaldari Yang Esa dan akan kembali ke Yang Esa lagi. Masa Abad Pertengahan Perkembangan filsafat ilmu pada abad pertengahan ditandai dengan kehadiran para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ‘abadi agama’. Ajaran kristen merupakan problema kefilsafatan, karena mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati, sedangkan kegitan keilmuan praktis diarahkan untuk mendukung kebenaran teologi Zaman Patristik Atau dikenal dengan Pemikiran Para Bapa Gereja. Pada zaman ini ajaran falsafi-teologis dari Bapa-Bapa Gereja menunjukkan pengarug Platinos. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran Kristiani terhadap tuduhan dari pemikir-pemikir kafir. Tulisan Bapa Gereja merupakan salah satu sumber yang kaya dan luas yang sekarang masih tetap memberi inspirasi baru. Zaman Skolastik periode skolastik awal ditandai dengan lahirnya metode-metode hasil dari hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Periode puncak perkembangan skolastik ditandai dengan keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles Filsafat mereka disebut Skolastik ( dari kata latin yang berarti “guru”). Karena dalam periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat internasional. Masa Modern Zaman Renaissance Renaissance berarti kelahiran kembali, yakni kembali ke pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat pada zaman renaissance adalah astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, yang berpendapat bahwa pengalaman atau empiris menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir untuk semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengelola semua pengetahuan. Copernicus, yang berpendapat bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat. Galileo Galilei, yang telah membuat teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari. Zaman Barok Filsuf-filsuf dari jaman Barok antara lain Barukh de Spinoza. Filsuf-filsuf ini menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi manusia. Zaman Aufklarung Setelah reformasi, setelah renaissance dan resionalisme dari jaman Barok, manusia sekarang dianggap “dewasa”. Periode ini dissebut “jaman pencerahan”. Filosof-filosof besar pada zaman ini antara lain John Locke (1632-1704), George Berkely (1684-1753) dan David Hume (1711-1776). Zaman Romantik Filosof besar dari zaman ini yaitu J.Fichte, F.Schelling dan G.W.F. Hegel. Aliran yang diwakili oleh ketiga filosof ini disebut “idealisme”. Aliran idealisme merupakan rumusan pemikiran yang memprioritaskan ide-ide. Adapun untuk zaman modern ditandai dengan penemuan berbagai bidang ilmu. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern dirintis oleh Rene Descartes dan terkenal sebagai bapak filsafat modern. Ia seorang ahli ilmu pasti, penemuannya dalam ilmu ini adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Selain Descartes ada Isaac Newton (1642-1727) yang terkenal dengan teori grafitasinya. Walaupun penemuannya terdiri atas tiga buah, yakni teori grafitasi, perhitungan calculus, dan optika, Newton pun memaksakan pandangannya ke dalam bidang kehidupan kultural yang luas dan sampai pada bidang psikologi. Ada pula charles darwin dengan teorinya ‘perjuangan untuk hidup’. Darwin dikenal sebagai penganut evolusi yang fanatik. Ia mengatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam E. Masa kontemporer Perkembangan filsafat ilmu pada zaman kontemporer ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informatika termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet dan sebagainya. Akibatnya, terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Salah satu tokoh terkenal pada zaman ini adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah totalitasnya atau bersifat dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta ini bersifat kekal, dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dikenal dengan teknologi kloning. Demikian pula dengan sintesis antara psikologi dengan dengan linguistik yang menghasilkan psikolinguistik dan juga neurolinguistik. Sintesis antara ilmu komputer dengan linguistik menghasilkan ilmu komputasional. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa sejarah perkembangan filsafat ilmu sejalan dengan perkembangan filsafat. Dengan mengetahui perkembangan pamikiran manusia, banyak manfaat yang dapat diperoleh, seperti tingkat peradaban manusia dan lainnya. Perkembangan filsafat ilmu meliputi zaman kuno, klasik, abad pertengahan, modern dan kontemporer. B. SARAN Penulis menyarankan kepada civitas akademika yang menaruh konsentrasi serius terhadap sejarah filsafat ilmu, agar bisa melakukan penelitian yang lebih mendalam. Karena dalam makalah ini penulis hanya membatasi kajian pada beberapa hal pokok yang sangat dasar. DAFTAR PUSTAKA Pengantar Filsafat; Tim Reviewer Mkd Uin Sunan Ampel Surabaya C. ANTARA FILSAFAT, PENGETAHUAN, DAN ILMU BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Untuk memahami hubungan antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu jelas tidak dapat dilepaskan dari sejarah pemikiran manusia itu sendiri. Pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi corak berpikir mitologis. Corak pemikiran ini diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, manusia mulai lebih rasional dengan menyertakan argumen-argumen logis dalam berfikir. Mulai dari sinilah fase awal dari berfikir secara filsafat lahir. Manusia mulai merumuskan pertanyaan-pertanyaan logis dan sistematis terkait dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Untuk mengetahui secara kronologis, maka akan disajikan dengan ringkas perkembangan sejarah filsafat berikut karakteristik di setiap periodenya. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan ditemukan dan dianalisa dalam makalahini lebih lanjut adalah : Bagaiaman hubungan antara Filafat, Pengetahuan, dan Ilmu ? Apa perbedaan antara Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu ? Tujuan Penulis Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memahami hubungan antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu. Namun lebih khusus lagi bertujuan untuk mengetahui : Untuk memahami hubungan antara filsafat, pengetahuan dan ilmu Untuk mengetahui perbedaan antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu BAB II PEMBAHASAN A. Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus. Hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003). Dalam perkembangan berikutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk dan sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami spesialisasi. Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami (Bakhtiar, 2005). Hubungan filsafat dengan ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut: Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. Filsafat hendak memberikan pengetahuan, insight/pemahaman lebih dalam dengan menunjukkan sebab-sebab yang terakhir. Sedangkan ilmu juga menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam. Dengan satu kalimat dapat dikatakan: - Ilmu mengatakan “bagaimana” barang-barang itu (to know ..., technical know how, managerial know how ..., secundary causes, and proximate explanation) - Filsafat mengatakan “apa” barang-barang itu (to know `what` and `why` ..., first causes, highest principles, and ultimate explanation) Filsafat memberikan sintesis kepada ilmu-ilmu yang khusus, mempersatukan, dan mengkoordinasikannya. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan ilmu, tetapi sudut pandangnya berlainan. Jadi, merupakan dua pengetahuan yang tersendiri. Keduanya (filsafat dan ilmu) penting, serta saling melengkapi, juga saling menghormati dan mengakui batas-batas dan sifatnya masing-masing. Inilah yang sering dilupakan sehingga ada ilmuan yang ingin menjadi tuan tanah atas kavling pengetahuan lain. Misalnya, apabila ada seorang dokter berkata, “Setiap saya mengoperasi seorang pasien belum pernah saya melihat jiwanya. Jadi manusia itu tidak memiliki jiwa.” Maka dokter itu menginjak ke lapangan lain dari lapangan ilmu ke lapangan filsafat, sehingga kesimpulannya tidak benar lagi. Untuk melihat hubungan antara filsafat dan ilmu, ada baiknya kita lihat pada perbandingan antara ilmu dengan filsafat dalam bagan di bawah ini, (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) . Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari Mencoba merumuskan pertanyaan atas dibatasi agar dihasilkan jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, rumusan-rumusan yang tidak membatasi segi pandangannya pasti bahkan cenderung memandang segala Obyek penelitian yang sesuatu secara umum dan keseluruhan terbatas Keseluruhan yang ada Tidak menilai obyek dari Menilai obyek renungan dengan suatu suatu sistem nilai tertentu. makna, misalkan , religi, kesusilaan, Bertugas memberikan keadilan dsb. jawaban Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu Kita telah mengadakan perenungan tentang pengertian yang sedalam-dalamnya dari sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) yaitu ilmu dan filsafat. Berikutnya kita akan melihat bagaimana hubungan keduanya dengan agama, sebagai berikut Ketiganya baik ilmu, filsafat maupun agama merupakan sumber atau wadah kebenaran (obyektivitas) atau bentuk pengetahuan. Dalam pencarian kebenaran (obyektivitas) ketiga bentuk pengetahuan itu masingmasing mempunyai metode, sistem dan mengolah obyeknya selengkapnya sampai habis-habisan. Ilmu bertujuan mencari kebenaran mikrokosmos (manusia), makro-kosmos (alam) dan eksistensi Tuhan/Allah. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia dunia akhirat dengan menunjukkan kebenaran asasi dan mutlak itu, baik mengenai mikro-kosmos (manusia), makro-kosmos (alam) maupun Tuhan/Allah itu sendiri. B. Hubungan Filsafat dengan Pengetahuan Pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembeljaran dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa di aplikasikan ke dalam masalah atau proses bisnis tertentu. Informasi yang di proses untuk mengekstrak implikasi kritis dan merefleksikan pengalaman masa lampau, menyediakan penerima dengan pengtahuan yang terorganisasi dengan nilai yang tinggi. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai gejala yang dapat ditemui dan diperoleh manusia melalu pengamatan akal. Secara historis ada hubungan emosional yang signifikan antara filsafat dengan pengetahuan, karena pengetahuan dilahirkan oleh filsafat meskipun akhirnya keduanya menempati posisi yang sama sebagai ilmu. Sejarah filsafat merupakan pengetahuan yang sangat banyak digunakan dan sangat penting dalam mempelajari hubungan filsafat dan pengetahuan. Dengan melihat sejarah sebagai urutan kejadian yang saling behubungan sehingga suatu kejadian tidak terjadi begitu saja dan diartikan sebagai fenomena sendiri tetapi harus mencermati makna dibalik urutan keajdian pemikirannya. Perbedaan diantara keduanya adalah, filsafat memperlajari seluruh realitas, sedangkan pengtahuan hanya memperlajari satu realita tertentu atau bidang tertentu. Relasi filsafat dengan pengetahuan merupakan dua ilmu yang saling terkait.Filsafat merupakan bidang yang memperlajari dasar-dasar filsafat, asumsi, dan implikasi dari ilmu termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Epistemologi / teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bias memetakan , apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin diketahui dan haarus diketahui, apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui, dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistemologi dengn demikian bias dijadikan sebagai penyaring/filter terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti dejelajahi oleh pengetahuan manusia Dengan pengetahuan itu selanjutnya manusia dapat membuat keputusan-keputusan yang menguntungkan. Sebagai contoh, manusia menggunakan bahan aluminium untuk rangka jendela, karena tahu bahwa aluminium relatif ringan dan sukar berkarat. C. Perbedaan Antara Filsafat, Pengetahuan Dan Ilmu Filsafat Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan ) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral, serta universal (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika Hasil dari proses mencari tahu, sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori ,prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas jangkauannya), ataupun tentang tuhan.Pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. D. Persamaan Antara Filsafat, Pengetahuan, Dan Ilmu Ketiganya menempuh suatu jalan untuk mencapai kebenaran Ketiganya didasarkan pada rasio, maksudnya sama-sama berdasarkan akal budi Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya. BAB III PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa hubungan antara filsafat, pengetahuan dan ilmu. Dengan mengetahui hubungan antara filsafat, pengetahuan, dan ilmu, banyak manfaat yang dapat diperoleh, seperti memahami pengertian, perbedaan dan persamaan antara filsafat, pengetahuan dan ilmu. SARAN Penulis menyarankan kepada civitas akademika yang menaruh konsentrasi serius terhadap hubungan antara filsafat, pengtahuan dan ilmu, agar bisa melakukan penelitian yang lebih mendalam. Karena dalam makalah ini penulis hanya membatasi kajian pada beberapa hal pokok yang sangat dasar. DAFTAR PUSTAKA https://withmyglasses.wordpress.com/2013/03/29/hubungan-filsafat-pengetahuan-dan-ilmu-pengetahuan/ https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/12/makalah-hubungan-filsafat-dengan-ilmu.html http://repository.unikama.ac.id/104/1/Hubungan%20Filsafat%20dan%20Ilmu%20Pengetahuan. https://www.temukanpengertian.com/l2013/07/pengertian-pengetahuan.html?m=1 PENGANTAR FILSAFAT;TIME REVIEWER MKD UIN SUNAN AMPEL SURABAYA http://sanguilmu.com/perbedaan-dari-pengetahuan-ilmu-ilmu-pengetahuan-filsafat-ilmu/ https://www.kompasiana.com/mochammad53317/5bec4501ab12ae3cf271d838/hakikat-epistemologi-dalam-kajian-filsafat-ilmu D. LOGIKA BERPIKIR MENCARI KEBENARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis adalah sebaliknya. Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan kepentingannya terhadap logika. Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya, logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah agama. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan teratur. Banyak permasalah dihadapan kita yang dapat kita cari solusinya dengan cara menggunakan logika. Tetapi tidak semua masalah dapat kita selesaikan dengan menggunakan logika. Apaka sah jika semua permasalahan dalam hidup ini kita selesaikan dengan menggunakan logika? Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang menarik dan mengandung daya positif. B. Rumusan Masalah Logika adalah salah salah satu cabang filsafat yang mampu membantu manusia dalam memecahkan masalahnya. Pembahasan filsafat amat luas dan kompleks sehingga menimbulkan beberapa pertanyaan sebagai berikut : Apakah arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat? Bagaimana sejarah terlahirnya logika dalam filsafat? Apa macam-macam dari logika? Apakah keterkaitan logika dengan filsafat ? Apakah kegunaan logika ? C. Tujuan Penulisan Untuk memahami arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat Untuk mengetahui sejarah terlahirnya logika dalam filsafat Untuk mengetahui macam-macam dari logika Untuk mengerti keterkaitan logika dengan filsafat Untuk mengetahui kegunaan logika BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu λσγσς (Logos) yang artinya hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir. B. Sejarah Logika Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi. Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles. Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern. Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti: Petrus Hispanus 1210 - 1278) Roger Bacon 1214-1292 Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian. William Ocham (1295 – 1349 ) Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian. George Boole (1815-1864) John Venn (1834-1923) Gottlob Frege (1848 - 1925) Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970). C. Macam - Macam Logika Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Logika Alamiah Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni. 2. Logika Ilmiah Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. D. Logika Sebagai Cabang Filsafat Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan. E. Keterkaitan Antara Ilmu Filsafat dan Ilmu Logika Keterkaitan antara ilmu filsafat dan ilmu logika yaitu logika sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu yang merupakan jembatan penghubung anatara filsafat dan ilmu. Logika juga merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Logika sebagai cabang filsafat yaitu logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Dan filsafat juga berdasar atas penalaran-penalaran salah satunya logika. Logika Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan cara tertentu. F. Kegunaan Logika Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu. Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen. Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut: Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan serta kesesatan. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian. Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat. Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran. Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar. Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika berasal dari bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai 548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Logika terbagi menjadi dua macam yaitu : logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangannya logika juga disebut sebagai cabang filsafat. Logika sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. B. Saran        Logika sebagai cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk berpikir benar dan tidak salah dalam mengambil keputusan. Selain itu berpikir secara logika mampu melatih kita untuk berpikir secara lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah. DAFTAR PUSTAKA https://www.eurekapendidikan.com/2014/11/keterkaitan-antara-ilmu-filsafat-dan.html http://adesmedia.blogspot.com/2013/02/filsafat-logika-sebagai-cabang-filsafat.html E. TEORI KEBENARAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai ilmu pengetahuan yang membantu manusia untuk dapat berpikir secara benar, lurus, tepat dan tidak mengalami kesesatan, logika membekali kita bebrapa hal yang dapat menjadi pedoman dalam berpikir logis untuk mendapatkan sebuah kebanaran. Sebuah pemikiran dikatakan benar ketika ada kesesuaian antara pikiran dan kenyataan yang terjadi. Pedoman berpikir untuk mendapatkan kebenaran tersebut juga asas-asas pemikiran atau prinsip-prinsip berpikir. Kapasitas asas bagi kelurusan berpikir adalah mutlak, salah benarnya suatu pemikiran tergantung pada terlaksana atau tidaknya asas-asas. Sebagai dijelaskan bahwa objek materiil logika adalah proses berpikir dan objek formalnya adalah berpikir lurus. Hal ini berbeda dengan kesesatan. Intinya, simpulan sebuah logika adalah kebenaran logis, yaitu sebuah kebenaran yang diperoleh sesuai dengan asas-asas logika yang sudah jelas dengan sendirinya dan sesuai dengan kenyataan. Sebagaimana diketahui, asas adalah “pangkal atau asal dari mana ssesuatu itu muncul an dimengerti”. Untuk itu, asas pemikiran dapat dimaknai sebagai pengetahuan tempat pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas bagi kelurusan berpikir adalah mutlak dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tidaknya asas ini. Namun sebelumnya, kita perlu mempelajari beberapa metode mendapatkan kebenaran. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian kebenaran ? 2. Jelaskan teori kebenaran? C. Tujuan Penulisan 1. Memahami arti kebenaran 2. Mengetahui teori-teori kebenaran BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kebenaran Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Manusia berpikir untuk mendapatkan sebuah data atau simpulan yang benar atau manusia berpikir adalah untuk mendapatkan kebenaran. Menurut KBBI, kebenaran diartikan sebagai “keadaan yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya;sesuatu yang sungguh-aungguh ada”. Kebenaran adalah lawan kekeliuran yang merupakan sebuah keadaan ketika pengetahuan tidak sesuai dengan objek yang ada. Misalnya, kita mengatakan bahwa ada 5 buah apel diatas meja (pengetahuan) padahal sebenarnya ada 6 buah apel diatas meja (objek). Ini adalah sebuah kekeliuran atau pengetahuan yang tidak benar. Sementara Syafi’i yang dikutip Marwardi (2018) menyatakan bahwa (kebenaran itu adalah kenyataan). Semua yang nyata adalah kebenaran. Kenyataan yang dimaksud tersebut tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang terjadi mungkin saja berbentuk ketidak benaran. Dengan kata lain, ada kebenaran yang bermakna objektif dan ada kebenaran yang bermakna subjektif. Kebenaran objketif adalah kenyataan yang benar-benar terjadi dan telah diyakini semua orang sebagai sesuatu yang benar. Kebenaran ini bersfiat pasti dan tidak dapat dipungkiri lagi. Kebenaran objektif juga dapat disebut kebenaran empiris yaitu kebenaran yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan pancaindera. Misalnya : Kotoran manusia berbau busuk Bendera Indonesia berwarna merah dan putih Air berwujud cair Kebenaran subjektif adalah kebenaran yang hanya diakui sebagai kebenaran oleh sebagian manusia saja. Misalnya : Merokok itu nikmat Jengkol dapat meningkatkan selera makan Tinggal diperumahan lebih nyaman Manusia merupakan makhluk hidup yang dapat berpikir sehingga dengan menggunakan kemampuannya mereka dapat menangkap ide atau prinsip tentang sesuatu yang pada akhirnya sampai pada kebenaran, yaitu kebenaran rasional. Sebagai contoh, ketika komputer kita tidak berfungsi dengan baik maka dapat dipikir dan dipastikan bahwa ada komponen di dalam komputer yang rusak atau sudah perlu diganti. Pemikiran mengenai keberadaan sesuatu yang tidak beres ini merupakan suatu hal rasional yang timbul dari fenomena komputer dan dapat dipastikan pikiran rasional itu benar. ` Kebenaran tidak cukup diukur degan keingintahuan atau rasio individu, akan tetapi dapat menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Oleh karena itu, kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia. B. Teori Kebenaran Berkaitan dengan berbagai macam bentuk kebenaran, di dalam filsafat dikenal beberapa teori kebenaran. Secara ringkas, di sini dijelaskan 5 teori kebenaran dalam filsafat, yaitu : teori korespondensi, teori konsistensi, teori koherensi, teori pragmatisme, dan teori kebenaran religius ( Syam,1988;Surya,1994). 1. Teori korespondesi ( the correspondence theory of thruth) Menurut teori ini suatu pernyataan dikatakan sebagai sebuiah kebenaran jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu penyataan atau pendapat dengan objek yang di tuju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Suriasumantri (2009) menyatakan bahwa menurut teori korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju opleh pernyataan tersebut. masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realitas objek ( informasi, fakta, peristiwa, pendapatan) dengan apa yang ditangkap subjek ( ide,kesan). jika ide atau kesan yang dihayati subjek ( pribadi ) sesuai dengan kenyataan, realita, objek maka sesuatu itu dapat dikatakan benar. Contoh pernyataan “ kabupaten Banyumas terletak di Jawa Tengah “ adalah benar sebab pernyataan itu sesuai dengan objek yang bersifat faktual. jika ada orang-orang lain yang menyatakan bahwa “ Kabupaten Banyumas terletak di Jawa Barat” maka pernyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat objek yang sesuai dengan pernyataan tersebut. 2. Teori Konsistensi ( the consistence theory of truth ) Teori ini merupakan suatu upaya pengujian ( tes ) atas arti kebenaran. Hasil tes atau eksperimen ( atau penelitian ) dianggap reliable ( benar) jika hasil penyelidikan ( penelitian ) menghasilkan data yang sama apabila penyelidikan tersebut dilakukan berulang kali. Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yang sering dilakukan di dalam pengetahuan, khususnya untuk menguji apakah hasil sebuah penelitian benar ( sah, valid ) atau tidak. 3. Teori Koherensi ( the coherence theory of truth) Teori ini berhubungan erat dengan teori konsistensi. Teori koherensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau tidak bertentangan dengan pernyataan lain yang sudah ada dan dianggap benar. Teori ini menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. 4. Teori Pragmatisme ( the pragmatic theory of truth) Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktik yang dikenal para pendidik sebagai metode project atau metode problem solving dalam pengajaran. Suatu gagasan atau pernyataan tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah kebenaran hanya jika mereka berguna untuk memecahkan sebuah masalah yang ada. Artinya, sesuatu itu benar jika mampu mengembalikan keadaan manusia dalam keseimbangan atau keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Ini disebabkan tujuan utama pragmatisme ialah agar manusia selalu ada di dalam keseimbangan. Untuk itu, manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Dengan kata lain, teori ini berpandangan bahwa arti sebuah ide dibatasi oleh referensi pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar-tidaknya suatu dalil atau teori tergantung pada asas manfaat teori tersebut bagi manusia dalam kehidupannya. Ini menunjukkan bahwa kebenaran suatu kebenaran harus bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Simpulannya adalah teori pragmatis memandang bahwa “ kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis” (Suriasumantri,2009). Dengan kata lain, “ suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalma kehidupan manusia”. 5. Teori kebenaran religius ( the religius theory of truth ) Teori kebenaran yang telah dijelaskan sebelumnya menggunakan akal, budi, fakta, realitas, dan manfaat sebagai landasannya. Namun dalam kenyataannya, kebenaran tidak cukup jika hanya diukur dengan menggunakan akal atau rasio atau bahkan dari kemauan individu. Kebenaran harus bersifat objektif, universal, dan berlaku bagi seluruh umat manusia karena kebenaran ini secara ontologis dan oksiologis bersumber dari tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Teori kebenaran agama menggunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan sebagai sumber kebenaran. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Sebagai makhluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan menemukan kebenaran melalui agama ( dan tertulis dalam kitab suci setiap agama). Melalui kitab suci, agama dapat memberikan jawaban atas segala persoalan, teka-teki dalam kehidupan manusia. 6. Teori Kebenaran Sintaksis Teori ini berkembang diantara para filsuf analisa bahasa, seperti Friederich Schleiermacher. Menurut teori ini, ‘suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis (gramatika) yang baku’. 7. Teori Kebenaran Semantis Menurut teori kebenaran semantik, suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Apakah proposisi itu pangkal tumpuannya pengacu (referent) yang jelas? Jadi, memiliki arti maksudnya menunjuk pada referensi atau kenyataan, juga memiliki arti yang bersifat definitif. 8. Teori Kebenaran Non-Deskripsi Teori Kebenaran Non-Deskripsi. Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Jadi, menurut teori ini suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar ditentukan (tergantung) peran dan fungsi pernyataan itu (mempunyai fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari). 9. Teori Kebenaran Logik Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik. Menurut teori ini, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa— pernyataan—yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logik yang sama yang masing-masing saling melingkupinya. 10. Agama Sebagai Teori Kebenaran Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Agama dengan karakteristiknya sendiri memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam, manusia maupun tentang tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, maka dalam teori ini lebih mengedepankan wahyu yang bersumber dari Tuhan. BAB III PENUTUP  Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek serta tingkatan validitasnya. Kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperanan di dalam penghayatan atas sesuatu itu. Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum. Tingkatan kebenaran itu ada 4, yaitu : indra, ilmiah, filosofis, dan religious. DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Kebenaran Nanang Martono dan Dalhar Shodiq. 2018. Dasar-Dasar Logika Sebuah Intisari Metode Berpikir Logis dan Kritis. Depok: PT Raja Grafindo Persada F. FILSAFAT MANUSIA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat Manusia sering juga disebut sebagai Antropologi Filosofis. Filsafat Manusia memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dll. Akan tetapi Filsafat Manusia juga memiliki kedudukan yang istimewa, karena semua persoalan filsafat itu berawal dan berakhir tentang pertanyaan mengenai esensi dari manusia, yang merupakan tema utama refleksi Filsafat Manusia. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan filsafat manusia? Bagaimana hakikat tujuan manusia ? Bagaimana metode yang dilakukan filsafat manusia? Tujuan penulisan Dapat memahami pengertian filsafat manusia. Memahami hakikat tujuan manusia. Memahami dan mengetahui metode yang dilakukan filsafat manusia BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari hakekat/esensi manusia.Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri secara mendetail. Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia. Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti manusia sendiri, ia mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya makhluk itu yang disebut “manusia”, istilah filusuf manusia atau “antropologi filusuf” (antropos dalam bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksok karena apa yang dipelajari dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh serta badan jiwa serta daging. Manusia secara bahasa disebut juga insan, yang dalam bahasa arabnya berasal dari kata ‘nasiya’ yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari kata dasar ‘al-uns’ yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia memiliki cara keberadaan yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir, dan berfikir tersebut yang menentukan manusia pada hakekat manusia. Pada intinya filsafat manusia adalah ilmu filsafat yang membahas tentang esensi manusia yang mencakup semua dimensi dari manusia. Maksud dari semua dimensi ialah membahas tentang fisik manusia, mental manusia, hakikat manusia, kedudukan manusia,tujuan asasi hidup manusia, apa yang harus dilakukan manusia dalam hidup, dan lain-lain. Filsfat manusia merupakan sebuah hasil dari perumusan yang ada mengenai siapa sebenarnya manusia dan bagaimana hakikat dari mnausia itu sendiri dan segala yang baerkaitan pada seorang manusia. Bisa juga diartikan sebagai sebuah pandangan tentang hakikat yang sebenarnya dari keadaan dan kehidupan manusia beserta dengan segala kaitannya yang telah dirumuskan melalui sebuah proses berfikir secara mendalam. B. Perbedaan filsafat manusia dengan ilmu-ilmu lain Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia seperti Psikologi, Antropologi, Fisiologi, dan Anatomi. Ilmu-imu tersebut hanya menjelaskan tentang keadaan fisik, dan hanya diselidiki secara observasi dan eksperimental, serta ruang lingkupnya serba terbatas kepada objeknya. Sedangkan filsafat manusia membahas esensi manusia dengan lebih menyeluruh, mulai dari makna kehadiran manusia di dunia, tujuan hidup manusia, kedudukan manusia di dunia, dan lain-lain. Ilmu tentang manusia, cara kerjanya fragmentaris, hanya aspek atau bagian tertentu dari manusia yang disentuh. Bebeda dengan filsafat manusia, filsafat manusia berusaha melihat gejala manusia secara utuh dan menyeluruh dari setiap sudut dan celah-celah yang mungkin untuk dijangkau. Kemudian yang terakhir, jika ilmu-ilmu tentang manusia lain karena sifatnya adalah netral dan bebas nilai, sedang pada filsafat manusia, nilai-nilai, apakah itu personal, moral, sosial, religius, atau kemanusiaan, diperbolehkan sepanjang dapat sajikan dan dikomunikasikan berdasarkan atas otoritas rasio. Hubungan Filsafat Manusia dan Psikologi Psikologi sebagai ilmu tentang manusia hanya membicarakan manusia dalam satu sudut saja dalam bentuk yang terfragmentaris (bagian-bagian) baik sudut pandang maupun materinya tentang manusia. Hal itu menjadi dangkal jika dikatakan sebagai filsafat manusia yang berupaya mencari esensi dan hakikat manusia dalam keseluruhannya, yang tentu saja tidak cukup sampai disana. Misalnya, psikologi eksperimental menelaah reaksi mata, daya ingatan, kemampuan belajar; dalam ilmu hayat, senyuman diterangkan sebagai gerak otot; psikologi klinis mempelajari proses-proses dan bidang-bidang kesadaran manusia. Oleh sebab itu, konsep-konsep dan istilah-istilah yang dipakainya juga tidak diteliti sampai pada akarnya tetapi diartikan sesuai dengan pemahaman pada taraf ilmu itu sendiri. Data-data positif dari psikologi tentang manusia dapat dipakai oleh filsafat sebagai contoh-contoh dan ilustrasi-ilustrasi untuk uraiannya sendiri; sebab, jika memang benar, mereka akan cocok dengan struktur-struktur yang ditemukan filsafat. Ilmu-ilmu itu juga dapat memberikan rangsangan psikologis untuk mempelajari soal-soal tertentu, ataupun untuk mencari jalan-jalan ke jurusan tertentu. Namun, pengaruh ini tetap bersifat ekstrinsik saja; dan ilmu filsafat wajib menemukan simpul-simpulnya sendiri dengan memakai metodenya sendiri. Sebaliknya, filsafat dapat memberikan petunjuk-petunjuk atau peringatan kepada Blog Psikologi tentang hal-hal atau pola-pola yang dialpakannya sebagai pengaruh psikologis-ekstrinsik. Namun, Blog Psikologi berkewajiban menyelidiki soal-soal menurut metodenya sendiri, tanpa dipengaruhi secara logis, dengan mengambil alih hasil-hasil filsafat manusia. Oleh sebab itu, hubungan antara filsafat manusia dan psikologi adalah hubungan yang saling topang menopang, dimana filsafat memberikan wawasan dan spirit untuk berkembangnya psikologi sementara psikologi memberikan data-data untuk direfleksikan oleh pemikiran filsafat tentang manusia. C. Ciri-ciri Filsafat Manusia Bila melihat secara umum, filsafat manusia bercirikan : Ekstensif: dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di geluti oleh filsafat. Intensif (mendasar): filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami diri sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pemahaman diri manusia, tidak luput dari kritik filsafat Diatas mungkin itulah ciri singkat daripada filsafat manusia, sebagai penjelasanya dari ciri ekstensif itu sendiri ialah bahwa filsafat manusia adalah gambaran menyeluruh atau synopsis tentang realitas manusia. Berbeda dengan ilmu-ilmu tentang manusia, filsafat mansuia tidak menyoroti aspek-aspek tertentu dari gejala dan kejadin mansuia secara terbatas. Aspek-aspek seperti kerohanian dan kejasmanisan, kebebasan dan determinisme, serta dimensi-dimensi seperti sosialitas dan individualitas. Semuanya itu ditempatkan dalam kesatuan gejala dan kejadian manusia, yang kemudian disoroti secara integral oleh filsafat manusia. Dan tentunya filsafat mansuia hanya menggambarkan realitas mamnusia secara garis besar saja. Ia berbeda dengan ilmu, tidak mempunyai pengetahuan dan informasi yang sangat mendetail dan spesifik tentang dimensi-dimensi tertentu dari manusia. Kemudian ciri lain dari filsafat manusia adalah penjelasan yang intensif (mendasar). filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat (esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan. Dalam hubungannya dengan filsafat manusia, dapatlah kita katakan, bahwa filsafat manusia hendak mencari inti, hakikat (esensi), akar atau struktur dasar, yang melandasi kenyataan manusia, baik yang tampak pada gejala kehidupan sehari-hari (prailmiah), maupun yang terdapat di dalam data-data dan teori-teori ilmiah. Orang bisa menggugat ciri intensif filsafat ini, misalnya dengan menyatakan bahwa ilmu pun pada prinsifnya hendak mencari dasar atau akar (sebab) dibalik gejala atau kejadian tertentu (akibat). Tetapi tentu saja, ada perbedaan dalam derajat dan intensitasnya. Dan ciri kritis dari filsafat manusia ialah peka terhadap apa yang digelutinya atau terhadap objek yang dikajinya. Filsafat manusia hendak memahami manusia secara intensif dan ekstensif, maka ia tidak puas terhadap pengetahuan atau informasi yang bersifat sempit, dangkal dan simplistic tentang manusia. Sambil menjalankan usahaya dalam memahami manusia secara ekstensif dan intensif, filsafat manusia tidak henti-hentinya mengecam kekuatan-kekuatan atau ideologi-ideologi yang ada itu. D. MANFAAT MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA Berguna untuk mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Memberikan makna pada apa yang tengah kita alami, menentukan tujuan hidup, dan sebagainya. Membantu kita meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di dalam teori-teori tentang manusia yang terdapat di dalam ilmu pengetahuan. memberikan pemahaman esensial tentang manusia dan hakikat tujuan hidup manusia agar lebih bermakna. Dengan mengetahui dan mengenal siapa diri manusia, maka manusia menjadi sadar tentang kehadiraya di dunia. Mencari jawab siapa sesunguhnya manusia Mengetahui lebih jauh apa dan siapa manusia secara menyeluruh Memahami kompleksitas manusia Memahami diri dalam konsep menyeluruh yang pada gilirannya memudahkan menjalani kehidupan, mengambil makna dari setiap peristiwa Bukan itu saja, mengenal diri manusia sangat penting, artinya mengenal manusia berarti membebaskan manusia dari keterasingan, paling tidak terbebas dari keterasingan diri sendiri.Dengan kata lain, mengenal siapa diri manusia berarti memahami makna hadirnya manusia di dunia. Dengan mempelajari filsafat manusia berarti mempelajari dasar-dasar dari esensi manusia. Setelah manusia mengetahui hakikat dirinya maka akan Nampak pada perubahan etika dalam menjalani kehidupan, serta lebih memaknai masa hidupnya. E. Metode Filsafat Manusia 1. Metode Kritsi ( Negatif) Metode kritis bertitik tolak dari pendapat filsuf-filsuf lain, atau juga dari teori-teori ilmu-ilmu lain, atau pula dari keyakinan-keyakinan sehari-hari yang agak sentral. Diselidiki konsistensi teori-teori atau keyakinan-keyakinan itu, yaitu apakah unsur-unsurnya dapat disesuaikan satu sama lain atau tidak. Jikalau mungkin, ditunjukkan kontradiksi-kontradiksi di dalamnya. Atau diperlihatkan bahwa jikalau jalan pikiran demikian dilangsungkan dengan konsekuen, akan tercapai suatu kesimpulan yang terang-terangan absurd. Atau dibuktikan bahwa pandangan tersebut tidak dapat dicocokkan dengan data-data lain. Dengan jalan demikian, disusun suatu pemahaman sendiri yang lebih memuaskan. Pada umumnya, metode ini tidak membawa orang ke arah pemahaman yang benar-benar positif. Kesimpulan-kesimpulan hanya tercapai karena pemecahan-pemecahan lain disingkirkan satu per satu, dengan metode asimilasi. 2. Metode Analitika Bahasa ( Linguistic Analysis ) Metode analitika bahasa bertitik tolak dari bahasa sehari-hari (the ordinary language), menyelidiki hubungan antara bahasa dan pikiran, dan guna bahasa bagi ilmu pengetahuan dan filsafat. Sebagai metode, analitika bahasa terutama meneliti bermacam-macam ”permainan bahasa” (language games) yang de facto dipergunakan orang di berbagai bidang. Lalu berusaha membahas cara pemakaian bahasa itu; dan membersihkan darinya kekaburan, unsur dwiarti dan metaforis, dan semua corak bukan-logis. Sampai akhirnya berusaha pula menyusun ”bahasa” buatan yang bersih dan serba logis, yaitu ”logika terformalisasi” atau ”logistik” Bahaya metode ini ialah membekukan bahasa yang sudah ada, dengan tidak mengizinkan atau mengakui perkembangan pengungkapan dan pemahaman yang baru dan kreatif. Apalagi, pengertian apakah yang ”logis” itu pada umumnya terlalu ditentukan oleh gaya ilmu eksakta. Padahal, setiap ilmu mempunyai dan memperkembangkan logikanya sendiri-sendiri. 3. Metode Fenomenologis Metode fenomenologis dirintis oleh Husserl (1859-1938) dengan semboyan: zuruck zu den Scahen selbst, artinya: kembali kepada hal-hal sendiri, atau kepada apa adanya, tanpa mulai dengan salah satu interpretasi apriori. Perincian metode ini berlain-lainan dan tergantung pada filsuf yang mempergunakannya. Bentuk yang paling berpengaruh ialah yang seperti sekarang dipakai dalam mazhab fenomenologi eksistensial Setiap pengungkapan jelas, entah sehari-hari entah ilmiah, yang semua disebut Ponty suatu expression seconde, akhirnya berakar di dalam suatu pengalaman langsung yang bersifat prailmiah dan pra-refleksif. Pengalaman yang asli itu berisi utuh dan kaya, tetapi dalam pengungkapan biasa atau ilmiah pun hanya muncul secara sempit dan cacat. Metode fenomenologis berusaha menemukan kembali pengalaman asli dan fundamental itu melalui beberapa langkah atau ”penjabaran” (reduction) tertentu: Gejala atau fenomen hanya diselidiki sejauh disadari secara langsung dan spontan sebagai yang lain dari kesadaran sendiri. Apalagi fenomen itu hanya diselidiki sejauh merupakan bagian dunia yang dihidupi sebagai keseluruhan (lebenswelt atau lived-world), dan bukan menjadi objek bidang ilmiah yang terbatas. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Filsafat manusia adalah bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia. Secara umum dapat dikatakan, filsafat manusia tidak membatasi diri pada gejala empiris. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh yang dipikirkan, dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi bahan kajian filsafat manusia. Metode penelitiannya pun lebih spesifik, misalnya melalui sintesis dan refleksi. Sintesis dan dan refleksi bisa dilakukan sejauh gejalanya bisa dipikirkan. Dan karena apa yang bisa dipikirkan jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan atau informasi tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya, jauh lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi atau teori yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia. B. Saran Syukur alhamdulillah, demikianlah penyusunan makalah ini, kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat sehingga menjadikan kita manusia yang berpendidikan dan berilmu. Walaupun masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dan sebagai perbaikan bagi kami dari semua pihak yang membacanya dan semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca sekalian. DAFTAR PUSTAKA http://litaaqis.blogspot.com/2014/09/latihan-soal-dan-jawaban-filsafat.html https://sabdakhairuss.blogspot.com/2012/04/manfaat-mempelajari-filsafat-manusia.html G. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika membahasa tentang tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Sekarang ini zaman globalisasi, remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk, sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkuatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan terjangkitnya suatu penyakit, misalnya HIV/AIDS. B. Rumusan Masalah Apa pengertian etika dan moral ? Apa hubungan antara etika filosofis dan etika teologis ? Perbedaan antara etika dan moral ? Persamaan antara etika dan moral ? C. Tujuan Penulisan Mengetahui Pengertian dan perbedaan dari, etika dan moral. Mengetahui hubungan antara etika filosofis dan etika teologis. Mengetahui perbedaan antara etika dan moral. Mengetahui persamaan antara etka dan moral. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etika Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[butuh rujukan] Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy). Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.[butuh rujukan] Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika). Ciri-Ciri Etika Terdapat beberapa karakteristik etika yang membedakannya dengan norma lainnya. Adapun ciri-ciri etika adalah sebagai berikut: Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang menyaksikan. Etika sifatnya absolut atau mutlak. Dalam etika terdapat cara pandang dari sisi batiniah manusia. Etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku manusia. Dengan mengetahui ciri-ciri etika ini maka kita dapat membedakannya dengan jenis norma yang lainnya. Jenis-Jenis Etika Secara umum etika dapat di bagi menjadi dua jenis. Mengacu pada pengertian etika di atas, beberapa jenisnya adalah sebagai berikut: 1. Etika Filosofis Pengertian etika filosofis adalah suatu etika yang bersumber dari aktivitas berpikir yang dilakukan oleh manusia. Dengan kata lain, etika merupakan bagian dari filsafat. Berbicara tentang filsafat maka kita perlu mengetahui sifat dari etika tersebut, yaitu; Empiris, yaitu cabang filsafat yang membahas sesuatu yang ada atau konkret. Misalnya filsafat hukum yang mempelajari mengenai hukum. Non Empiris, yaitu filsafat yang berusaha melampaui hal konkret dengan seolah-olah menanyakan sesuatu yang ada di balik semua gejala konkret. 2. Etika Teologis Pada dasarnya etika teologis terdapat pada setiap agama. Etika teologis ini adalah bagian dari etika secara umum karena mengandung berbagai unsur etika umum dan dapat dimengerti jika memahami etika secara umum. Misalnya dalam agama Kristen, etika teologis merupakan etika yang bersumber dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta melihat kesusilaan bersumber dari kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Hubungan Etika Filosofis dan Etika Teologis Dalam sejarah manusia, terdapat perdebatan antar manusia mengenai posisi etika teologis dan etika filosofis di dalam ranah etika. Ada tiga pernyataan yang paling menonjol dalam menanggapi perdebatan tersebut, yaitu: 1. Revisionisme Pernyataan mengenai Revisionisme berasal dari Augustinus (354 – 430) dimana ia menyebutkan bahwa etika teologis memiliki tugas untuk merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika filosofis. 2. Sintesis Tanggapan mengenai sintesis dinyatakan oleh Thomas Aquinas (1225 – 1274) dimana ia menyintesiskan etika teologis dengan etika filosofis. Hasil sintesis tersebut adalah suatu entitas baru dimana etika filosofis dan etika teologis tetap mempertahankan identitasnya masing-masing. 3. Diaparalelisme Tanggapan ini dikemukakan oleh F.E.D Schleiermacher (1768 – 1834) dimana ia mengatakan bahwa etika filosofis dan etika teologis merupakan gejala-gejala yang sejajar. Dapat diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang selalu berjalan berdampingan. B. Pengertian Moral Moral, akhlak, etika, atau susila (Latin: Moralitas; Arab: أخلاق, akhlāq) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai, Moral Dan Sikap a. Lingkungan keluarga. Keluarga sebagai lingkungan pertama yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap seseorang. Biasanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan superegonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggaran norma. b. Lingkungan Sekolah. Disekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku dimasyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik. c. Lingkungan Pergaulan. Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral dan sikap seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajakan teman. Bahkan terkadang seorang teman juga bisa dijadikan panutan baginya. d. Lingkungan Masyarakat. Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah lakuyang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya. Perbedaan Antara Etika dan Moral Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai untuk pengkajian system nilai yang ada. Kesadaran moral serta pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan bahasa arab disebut dengan qalb, fu'a d. Dalam kesadaran moral mencakup tiga hal, yaitu: Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu perbuatan yang secara umumk dapat diterima oleh masyarakat, sebagai hal yang objektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui berlaku pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang sejenis. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Berdasarkan pada uraian diatas, dapat sampai pada suatu kesimpulan, bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau system hidup yang dilaksanakan atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sitem hidup tersebut diyakini oleh masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam diri seseorang, maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada dorongan atau paksaan dari luar Persamaan antara etika dan moral Etika dan Moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang penilaian sosial seseorang terhadap orang lain. Etika dan Moral merupakan prinsip hidup seseorang untuk memberikan tanggapan serta respon untuk meningkatkan kualitas diri. Etika dan Moral didapat dari pengaruh yang didapat dari berbagai aspek dalam kehidupan, baik dari pendidikan, keturunan dan kepribadian sejak lahir, serta penyesuaian lingkungan. BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari materi diatas dapat di dapat disimpulkan bahwa antara moral dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan akal pikiran, dan pada moral berdasarkan pada kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat. Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan antara nilai etika dan moral seperti tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-hal seperti ini tidak diperbaiki hal ini menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga tidak mungkin jaman akan berganti lagi seperti jaman jahiliyah dahulu. Perubahan moral dan etika terjadi akibat menurunnya moral, akhlak dan etika. Sehingga kehidupan yang mereka jalani tidak seuai dengan tuntunan yang ada banyak diantara mereka yang terjeruus pada kehidupan yang bebas. Saran Semoga pembaca dapat mengetahui dan memahami perilaku etika dan moral dalam kehidupan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku etika tersebut sesuai dengan ajaran agama masing-masing, serta menjahui dan meninggalkan perilaku yang tidak baik. DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Etika https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-etika.html http://saputra2503.blogspot.com/2015/08/makalah-etika-dan-moral.html H. TATANAN KEILMUAN ONTOLOGI,EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pencarian terhadap kebenaran seiring dengan tujuan dari filsafat itu sendiri, yakni untuk mencari kebenaran yang hakiki. Dengan kata lain, mengetahui segala sesuatu yang ada sebagaimana adanya (problem ontologis). Kemudian, timbul pertanyaan setelah mencari “Apa itu kebenaran?” yaitu “Bagaimana kita bisa mendapatkan pengetahuan yang hakiki itu atau sesuatu yang ada sebagaimana adanya (kebenaran). Selanjutnya, setelah kita mengetahui kebenaran dan cara untuk mendapatkannya, muncul pertanyaan untuk apa pengetahuan tersebut. Ini disebut dengan problem aksiologis, artinya apakah ilmu pengetahuan yang didapat itu bisa diterapkan untuk kemaslahatan umat atau justru sebaliknya, terutama kaitannya dengan moralitas. Singkatnya, wilayah ontologi bertanya tentang “apa” wilayah epistemologi bertanya tentang “bagaimana” sedangkan, wilayah aksiologi bertanya tentang “untuk apa”. Tiga problem filosofis inilah ontologi, epistemologi dan aksiologi yang hingga kini masih menimbulkan perdebatan. Hal itu dikarenakan masing-masing aliran filsafat memiliki sudut pandang tersendiri berkaitan dengan ketiga hal tersebut. Oleh karena itu, pembahasan mengenai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi topik penting pembahasan penting dalam dunia Filsafat. Rumusan Masalah Apa pengertian dari Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi ? Bagaimana hakikat dari ontologi dalam ilmu pengetahuan ? Tujuan Penulisan Untuk memahami Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi. Untuk memahami hakikat Ontologi dari ilmu pengetahuan. Untuk mengetahui objek formal dari Epistomologi. Untuk mengetahui penilaian umum Aksiologi. BAB II PEMBAHASAN ONTOLOGI Ontologi berasal dari bahasa Yunani  yaitu  Ontos  berarti yang berada (being) dan Logos berarti pikiran (logic). Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain  artinya ilmu yang mempelajari tentang “yang ada” atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika.  Sedangkan,  menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Disis lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada. Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda  yang terdiri dari alam , manusia individu, umum, terbatas  dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga terdapat  aliran yaitu  aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu sumber (1 hakekat). Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah pernyataan pernyataan dalam sebuah  ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita sebut dengan Metafisika. Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki gerakan atau perubahan yang berkaitan dengan yang ada (being). Dalam hal ini, aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya: Obyek apa yang telah ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara : Metodis : Menggunakan cara ilmiah. Sistematis : Saling berkaitan satu sama lain secara teratur  dalam satu keseluruhan. Koheren : Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan. Rasional : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis) Komprehensif : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan. Radikal : Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya. Universal : Muatan kebenaranya sampai tingkat umum  yang berlaku dimana saja. Hakikat dari Ontologi  Ilmu Pengetahuan Ilmu berasal dari riset (penelitian) Tidak ada konsep wahyu Adanya konsep pengetahuan empiris Pengetahuan rasional, bukan keyakinan Pengetahuan metodologis Pengetahuan observatif Menghargai asas verifikasi (pembuktian) Menghargai asas skeptisisme yang redikal. Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari suatu yang ada atau berwujud berdasarkan logika sehigga dapat diterima oleh banyak orang yang bersifat rasional dapat difikirkan dan sudah terbukti keabsahaanya. EPISTIMOLOGI Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan.Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas, sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat pengetahuan. Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran di tinjau dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran yang masuk akal). Apabila logika formal bersangkutan dengan bentuk-bentuk pemikiran, maka logika material bersangkutan dengan isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika formal yang biasanya disebut istilah’logika’berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Maka dapat disimpulkan bahwa logika formal bersangkutan dengan masalah kebenaran formal sering disebut keabsahan (jalan) pemikiran. Sedangkan logika material bersangkutan dengan kebenaran materiil yang sering juga disebut sebagai kebenaran autentik atau otentisitas isi pemikiran. Kriteriologia  berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Ukuran yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran. Kritika Pengetahuan adalah pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam, berusaha menentukan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan manusia. Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian. Filsafat pengetahuan menjelaskan tentang ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus akan memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. J.A.Niels Mulder menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan.  Abbas Hamami Mintarejo berpendapat bahwa epistemologi adlah bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi itu. Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan. Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu. Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor. Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk – bentuk yang lain. Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang di sediakan sekaligus. Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan, kebenaran, dan kepastian. Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil – dalilnya. Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu: Rasionalisme : Pentingnya akal yang menentukan hasil/keputusan. Empirisme : Realita kebenaran terletak pada benda kongrit yang dapat diindra karena ilmu atau pengalam impiris. AKSIOLOGI Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axiosyang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilali merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan. Aksioloagi adalah ilmu yang membecirakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu: Etika Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa sokrates dan para kaum shopis.disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku etika dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suzeno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan diatas adalah norma adat, wejangan dan adatistiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari amnesia itu sendiri adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah illahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik secara terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia. Estetika Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kulaitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakn kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan. Aksiologi berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantak lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. suriasumantri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru  malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bissa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena itu sendiri ilmu merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal yaitu: Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami mereaksi dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu. Filsafat sebagai pandangan hidup. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan. Filsafat sebagi metodologi dalam memecahkan masalah Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan  pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang diguna amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselessaikan secara tuntas. Penyelesaian secara detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia. Nilai itu bersifat objektif tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakuakn penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam member penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur penialian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Bagaimana dengan objektifitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan anatara pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektivitasnya. Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam mennetukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan  baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terkait pada nilai subjektif. BAB III PENUTUP  Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain  artinya ilmu yang mempelajari tentang yang ada. Sedangkan,  menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Dalam hal ini, aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Disisi lain,  aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh DAFTAR PUSTAKA https://afidburhanuddin.wordpress.com/2012/11/28/ontologi-epistimologi-dan-aksiologi-dalam-pengetahuan-filsafat/ https://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-sebagai-landasan-penelaahan-ilmu/comment-page-1/ Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.Jakarta: Bumu Aksara I. FILSAFAT PANCASILA BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun tidak langsung mengakibatkan perubahan besar pada berbagai bangsa didunia. Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan,termasuk Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan kepentingan antara nasionalisme dan internasionalisme. Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan social. Rumusan Masalah Apa definisi dari filsafat Pancasila? Sebutkan karakteristik yang terdapat pada filsafat Pancasila Apa yang menjadi landasan filsafat Pancasila Bagaimana pelaksanaan sila pada Pancasila Tujuan Penulisan Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pancasila Untuk mengetahui hakikat dari filsafat Pancasila Untuk lebih memahami makna dari sila-sila pnacasila BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat Pancasila Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila.Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collectieve Ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila. Karakteristik Filsafat Pancasila Sila-sila dalam pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dalam hal ini, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan merupakan pancasila. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh, yaitu setiap sila saling mendasari dan menjiwai. Pancasila sebagai suatu substansi artinya unsur asli atau permanen atau primer pancasila sebagai suatu yang mandiri, dimana unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri. Pancasila sebagai suatu realita artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip Filsafat Pancasila Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut : Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi : Tuhan, yaitu sebagai kausa prima Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya. Landasan Filsafat Pancasila Landasan Ontologi Pancasila Secara ontologis hakekat dasar keberadaan dari sila sila Pancasila adalah manusia. Untuk hal ini Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila sila Pancasila secara ontologi memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Juga sebagai makluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai makluk pribadi dan sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, maka secara hierarkhis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat sila sila Pancasila. Pancasila secagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak yaitu berupa sifat kodrat monodualis, sebagai makluk individu sekaligus juga sebagai makluk sosial, serta kedudukannya sebagai makluk pribadi yang berdiri sendiri juga sekaligus sebagai maakluk Tuhan. Konsekuensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang monodualis tersebut. Seluruh nilai nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara, tugas dan kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral negara dan segala sapek penyelenggaraan negara lainnya. Landasan Epistemologi Pancasila Epistimologi Pancasila sebagai suatu obyek kajian pengetahuan pada hakekatnya meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles, bahwa nilai-nilai tersebut sebagai kausa materialis Pancasila. Susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal, dimana : Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat dan kelima Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, kedua serta mendasari dan menjiwai sila keempat dan kelima Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, serta mendasari dan menjiwai sila kelima Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Manusia pada hakekatnya kedudukan dan kodratnya adalah sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistimologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tertinggi. Selanjutnya kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa, dan kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi. Selain itu dalam sila ketiga, keempat dan kelinma, maka epistimologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam kaitannya dengan hakekat sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sebagai suatu paham epistimologi, maka Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakekatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah sebabnya Pancasila secara epistimologis harus menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi dewasa ini. Landasan Aksiologi Pancasila Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakekatnya membahas tentang nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakekatnya juga merupakan suatu kesatuan. Selanjutnya aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai dalam kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang dapat juga diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodnes), dan kata kerja yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan pengertian nilai. Kalangan materialis memandang bahwa hakekat nilai yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat dikelompokan pada dua macam sudut pandang, yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan subjek pemberi nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektif, namun juga terdapat pandangan bahwa pada hakekatnya sesuatu itu melekat pada dirinya sendiri memang bernilai. Hal ini merupakan pandangan dari paham objektivisme. Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerokhanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis seperti nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat sisttematik-hierarkhis, dimana sila pertama yaitu ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari semua sila-sila Pancasila. Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subcriber of values Pancasila). Bangsa Indonesia yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia. Kalau pengakuan, penerimaan atau penghargaan itu telah menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan menusia dan bangsa Indonesia, maka bangsa Indonesia dalam hal ini sekaligus adalah pengembannya dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia Indonesia. Persoalan yang Berhubungan dengan Filsafat Pancasila Akhir-akhir ini perhatian masyarakat Indonesia sedang dialihkan dari hasil quick count tim BPN paslon 01 yang mengeklaim kemenangan sebanyak 62%. Hasil quick count tim BPN Paslon 02 menimbulkan perpecahan antar pendukung kedua paslon. Kini hadirlah tragedi kerusuhan di wilayah Jatibaru Tanah Abang. Sebanyak 6 orang meninggal dan 200 orang luka-luka akibat kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Kerusuhan ini diadakan untuk menolak hasil keputusan KPU untuk memenangkan paslon 01. Massa berdatangan dari berbagai penjuru untuk melakukan demo. Perpecahan terjadi sekitar pukul 9 pagi pada tanggal 22 Mei 2019, massa bergerak anarkis sehingga timbulah korban jiwa. Akibat dari kerusuhan ini mencederai simbol pancasila pada sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia. Hal ini tentu sangat disayangkan karena hanya menganggap pancasila sila ke-3 sebatas simbol saja bukan dimaknai secara mendalam hal-hal yang terkandung didalamnya. Sudahkah kita sebagai rakyat Indonesia mengamalkan sila ke- 3 yang bisa mempererat bangsa Indonesia dari perpecahan. Sila ke-3 dalam Pancasila dapat merefleksikan semangat bhineka tunggal ika yang selama ini digaungkan oleh rakyat Indonesia. Sekelompok orang yang memiliki kepentingan akan Negara ini membuat opini-opini atau garakan yang bisa menggeser makna dari sila ke-3. Melihat kerusuhan yang terjadi pada tanggal 22 Mei 2019, membuktikan bahwa Pancasila belum menjadi alat gerak bagi setiap rakyat Indonesia. Beberapa kelompok yang berusaha mengubah landasan Negara Indonesia akan selalu bergerak untuk memprovokasi rakyat bahwa pemerintahan saat ini tidak becus mengurus Negara, sehingga timbulah perpecahan yang memang sengaja diciptkan oleh sebagian kelompok tertentu. Peristiwa ini membuktikan bahwa kita gagal untuk memaknai Pancasila dalam kehidupan kita. BAB III PENUTUP Kesimpulan Adanya pancasila sebagai sistem filsafat membrikan kontribusi positif terhadap perkembangan pemikiran bangsa Indonesia saat ini. Terbentuknya sila-sila yang berasal dari buah pikir para pejuang bangsa Indonesia menjadikan cirri khas tersendiri bagi bangsaIndonesia. Pencetusan pancasila sebagai landasan merupakan hal yang sangat cocok dengan karakter bangsa indonesia yang terdiri dari kemajemukan suku, adat dan budaya. Kecocokan ini disebabkan oleh adanya keterkaitan, saling mengisi dan melengkapi pada setiap silasila pancasila sehingga terciptalah rasa solidaritas terhadap sesame bangsa Indonesia tanpamembedakan suku, agama, adat dan budaya. Hal ini dikarenakan moto dari bangsa Indonesiaitu sendiri yang sampai sekarang masih tertanam abadi “BHINNEKA TUNGGAL IKA” yang mempunyai makna walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Hal ini sesuai dalam pidatonyaIr. Soekarno tanggal 1 Juni 1945 yang menegaskan bahwa : Maksud Pancasila adalah philosophschegrondslag itulah fundamental falsafah, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung “Indonesia Merdeka Yang Kekal dan Abadi”. Oleh karena itu sebagai generasi penerus maka sudah seharusnyalah kita tetap menjaga rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan berlandaskan pancasila dan UUD 1945. Saran Dalam kehidupan kita memang harus menjadikan pancasila sebagai pedoman dasar dan harus melakukan pengamalan sila-sila dalam pancasila. Dalam sila pertama terutama,kita harus menghormati berbagai macam agama yang ada di Indonesia, sebagaiperwujudan akan saling menghormati dan menghargai sesama pemeluk agama. Karena Indonesia ini terdiri dari kemajemukan agama di dalam berbagai wilayah Indonesia. DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/8614468/BAB_I_FILSAFAT_PANCASILA http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2015/09/materi-kedua-filsafat-pancasila-mata_28.html https://www.academia.edu/6194406/MAKALAH_FILSAFAT_PANCASILA J. FILSAFAT KARYA ILMIAH BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang menuruti suatu aturan tertentu. Aturan tersebut biasanya merupakan suatu persyaratan tata tulis yang telah dibakukan oleh masyarakat akademik. Secara umum, proses penulisan karya ilmiah dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu : tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap perbaikan. Sebagai hasil penelitian atau kegiatan ilmiah setiap karangan ilmiah mengandung komponen adanya masalah yang menjadi topik karangan ilmiah itu. Adanya tujuan penelitian, metode penelitian, teori yang dianut, objek penelitian, instrumen yang digunakan, dan adanya hasil penelitian yang diperoleh. Setelah kaidah ditemukan dan dirumuskan, kegiatan penelitian harus diwujudkan dalam bentuk laporan. Hal ini dimaksudkan karena sasaran akhir penelitian adalah mengkomunikasikan hasil penelitian pada khalayak terkait. Oleh karena itu, menulis laporan merupakan tahap akhir yang penting dalam penelitian, karena menulis laporan merupakan proses komunikasi yang membutuhkan adanya pengertian yang sama antara penulis dan pembaca. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan karya ilmiah ? Bagaimana struktur penelitian dan penulisan ilmiah ? Bagaimana teknik penulisan ilmiah ? Tujuan Penulisan Untuk mengetahui pengertian karya ilmiah Memberikan penjelasan mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah Memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan ilmiah BAB II PEMBAHASAN Definisi Penelitian Menurut Mc Millan & Schumacher 1989 (dalam Emzir 2012: 5) penelitian adalah suatu proses sistematik pengumpulan dan penganalisisan informasi (data) untuk berbagai tujuan. Sementara menurut Kerlinger 1990 (dalam Emzir 2012: 5) mendefinisikan penelitian ilmiah sebagai “penyelidikan sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena sosial yang dibimbing oleh teori dan hipotesis tentang dugaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut.” Penulisan Ilmiah Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis/peneliti, berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Pada Hakikatnya Penulisan Ilmiah Bertujuan Untuk: Melatih seseorang untuk dapat menguraikan dan membahas suatu permasalahan secara ilmiah dan dapat menuangkannya secara ilmiah dan menuangkannya secara teoritis, jelas, sistematis dan metodologis. Menumbuhkan etos ilmiah di masyarakat khususnya para mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya. Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara peneliti dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya. Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki seseorang/mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya. Struktur Penelitian Dan Penulisan Ilmiah Pengajuan masalah Penyusunan kerangka teoretis Metodologi penelitian Hasil penelitian yang menyatakan: variabel-variabel yang diteliti, teknik analisis data, deskripsi hasil penelitian, penafsiran terhadap kesimpulan analisis data. Ringkasan dan kesimpulan Teknik Penulisan Ilmiah Tujuan utama menulis karangan ilmiah atau karya ilmiah ialah agar karangan tersebut dibaca. Namun, dalam menuliskan suatu karya ilmiah yang baik, tahap demi tahap dimulai dari judul sampai daftar pustaka diperlukan konsentrasi penuh dari penulis. Dua ciri karangan ilmiah yang harus dipenuhi. Pertama, isi karangan ilmiah. Kedua, gaya menulis maksud tersebut (David Linsday 1986: 1, dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan Jalaluddin 2013: 181). Kajian Teori & Kerangka Teori Menurut Snelbecker (dalam Moleong 2009: 57) definisi teori adalah seperangkat proposisi yang berinteraksi secara sintaksi (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis dengan lainnya dengan data atas dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wadah untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. fungsi teori yaitu: Mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban Membuat ramalan atas dasar penemuan Menjelaskan penjelasan dan dalam hal ini, untuk menjawab pertanyaan mengapa. Kerangka Berpikir kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya. Definisi Kerangka menurut KBBI adalah rangka; garis besar; rancangan; prinsip atau konsep ilmiah yang digunakan dalam penelitian sebagai dasar analisis data. Kerangka pikir merupakan intisari dari teori yang telah dikembangkan dan mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis. Pengajuan Hipotesis Definisi Hipotesis Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang perlu diuji kebenarannya secara empirik. Istilah diuji mengandung arti bahwa hipotesis tidak perlu dibuktikan sebagai sesuatu yang benar atau salah, melainkan apakah bisa diterima atau ditolak. Hipotesis bisa diterima, jika didukung oleh fakta empirik. Sedangkan jika hipotesis itu tidak didukung oleh bukti empirik, maka hipotesis itu dinyatakan ditolak dan bukan dinyatakan salah. Fungsi Hipotesis. Menguji teori, artinya berfungsi untuk menguji kesahihan teori. Pernyataan teori dalam bentuk yang teruji disebut hipotesis. Teori adalah satu satu prinsip yang dirumuskan untuk menerangkan sekelompok gejala/peristiwa yang saling berkaitan. Teori menunjukkan adanya hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. Menyarankan teori baru, apabila hasil pengujian hipotesis dapat membentuk proposisi, asumsi atau penjelasan tentang suatu peristiwa. Mendeskripsikan fenomena sosial, artinya hipotesis memberikan informasi kepada peneliti tentang apa yang nyata-nyata terjadi secara empirik. Teknik Notasi Ilmiah Definisi Notasi Ilmiah Menurut KBBI, pengertian notasi adalah sistem lambang (tanda) yang menggambarkan bilangan nada-nada dan ujaran. Proses pelambangan, nada atau ujaran dengan tanda (huruf), catatan pendek yang perlu diketahui atau diingat. Sedangkan ilmiah adalah bersifat ilmu,. Secara ilmu pengetahuan. Jadi notasi ilmiah adalah ilmu tentang sistem lambang (tanda) yang menggambarkan bilangan nada atau ujaran dengan tanda huruf. Teknik-Teknik Notasi Ilmiah Footnote Footnote adalah catatan pada kaki halaman untuk menyatakan sumber kutipan, pendapat buah pikiran, fakta-fakta, atau ikhtisar. Footnote dapat juga brisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks, seperti keterangan wawancara, pidato di televisi, dan yang sejenisnya. Gelar akademik dan gelar kebangsawanan tidak disertakan serta nama pengarang atau penulis tidak dibalik. contoh : Footnote diambil dari buku : 1 Andrew Spencer, Morphological Theory: An Introduction to Word Strucuture in Generative Grammar, (Cambridge, Massachusetts: Blackwell Publishers, 1993), hlm. 81. Innote Pada teknik ini, sumber kutipan ditulis atau diletakkan sebelum bunyi kutipan atau diletakkan dalam narasi atau kalimat sehingga menjadi bagian dari narasi atau kalimat. contoh : Perkembangan bahasa merupakan hal yang sangat urgen dalam tahap perkembangan jiwa anak, menurut Yule (1996: 178 – 180), perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu (1) tahap pralinguistik (pre-language Stages); (2) tahap satu kata, satu frasa (the one-word or holophrastic, stage); (3) tahap dua kata, satu frasa (the two – word stage); dan (4) tahap menyerupai telegram (telegraphic speech). Endnote Pada teknik endnote, nama pengarang diletakkan setelah bunyi kutipan atau dicantumkan di bagian akhir narasi, contoh : Ada aspek penguasaan pragmatik, anak dianggap sudah dapat berbahasa pada waktu ia mampu mengeluarkan kata-kata pertamanya, yaitu sekitar usia satu tahun. Akan tetapi sesungguhnya sejak masa-masa awal setelah kelahirannya anak mampu berkomunikasi dengan ibunya.Demikian juga orang-orang dewasa di lingkungannya pun memperlakukan anak seolah-olah sudah dapat berbicara (Spencer dan Kass, 1970 : 130). BAB III PENUTUP Kesimpulan Maka dapat,disimpulkan bahwa karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan di tulis menurut metodelogi penulisan yang baik dan benar .Dalam penulisan karya ilmiah banyak aspek yang mesti diketahui oleh calon pembuat karya ilmiah karena itu sangat berperan dengan hasil karya ilmiah yang akan dibuat, misalnya, calon penulis karya ilmiah paling tidak harus mengetahui etika dan kode etik dalam penulisan karya ilmiah, tehnik penyusunan karya ilmiah yang baik dan benar dan sikap-sikap dalam menulis karya ilmiah serta harus menjalani dan menerima berbagai kendala dan masalah dalam proses penulisan karya ilmiah, karena itu merupakan suatu pemebelajaran ketika akan membuat karya ilmiah yang kedua ketiga dan selanjutnya. Karya ilmiah mempunyai beberapa jenis seperti, makalah, kertas kerja, skripsi, tesis ,disertasi, artikel, esai,opini, dan fiksi. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah. antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan / hasil penelitian. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memprluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA https://www.slideshare.net/HeriIndraGunawanYNV/penelitian-dan-penulisan-ilmiah-new-heri K. KUMPULAN SOAL DAN JAWAB Manfaat Mahasiswa Belajar Filsafat Apa yang dimaksud filsafat? Jawab : Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf" Mengapa mahasiswa belajar filsafat? Jawab : Dengan belajar filsafat diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya Dengan belajar filsafat diharapkan mahasiwa dapat membiasakan diri untuk bersikap logis, rasional, dalam opini dan argumentasi yang di kemukakan Apa manfaat belajar filsafat? Jawab : belajar filsafat memiliki manfaat praktis. setelah lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaan, unutk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Apa yang dimaksud filsafat ilmu? Jawab : Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris dan ilmu rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan, antropologi, dll. Mengapa harus belajar filsafat ilmu? Jawab : Memperdalam unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh dapat dipahami sumber hakikat dan tujuan ilmu. Mendorong para calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya. Memahami sejarah pertumbuhan perkembangan serta kemajuan ilmu diberbagai bidang sehingga dapat diperoleh gambaran proses penemuan ilmu sejak zaman postmodern Apa manfaat perkembangan filsafat ilmu? Jawab : Memberi motivasi untuk mengetahuui sesuatu lebih dalam lagi mengenai hakikat ilmu, cara memperoleh ilmu serta yang paling penting adalah manfaat dari ilmu yang ditemukan, karena ilmu tanpa dilandasi nilai manfaat akan sia-sia bahkan menimbulkan mudharat. Selain itu juga membantu dalam memahami ilmu yang telah berkembang. Antara Filsafat Pengetahuan Dan Ilmu Apa yang dimaksud dengan filsafat pengetahuan? Jawab : Filsafat pengetahuan atau epistemology ini adalah salah satu bagian yang terdapat dalam filsafat selain ontology dan aksiologi. Namun sebenarnya epistemology sendiri muncul baru-baru saat ini, meskipun sebenarnya persoalanya muncul sudah sejak lama. Karena pada zaman filosof-filosof seperti Mulla sadra ataupun Aristoteles epistemologi masih merupakan bagian dari pembahasan ontologi. Mengapa perlu belejar filsafat pengetahuan dan ilmu? Jawab : Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren—semuanya ini merupakan ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat. Apa manfaat filsafat pengetahuan Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut Agraha Suhandi (1989) D. Logika Berpikir dalam Mencari Kebenaran Apa yang dimaksud dengan logika berpikir dalam mencari keberanan? Jawab : logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan. Mengapa perlu mempelajari logika berpikir? Jawab : Karena dalam logika seseorang dituntut agar dapat mengaitkan satu hal dengan yang lainnya agar tercapai sebuah pemikiran yang masuk akal dan dapat diterima kebenarannya serta dapat dijelaskan oleh suatu alasan. Apa manfaat dari mempelajari logika berpikir? Jawab : manfaat dari logika berpikir adalah untukmenemukan hukum atau aturan- aturan yang harus dipatuhi untuk mencapai ketetapan dalam berfikir. E. Teori Kebenaran Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Jawab : Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Mengapa perlu belajar tentang teori kebenaran Jawab : teori kebenaran membantu untuk tidak termakan hoaks dan mencari kebenaran dari informasi tersebut. Dengan adanya hoaks tersebut manusia membutuhkan sebuah kebenaran.kebenaran ada berkat manusia yang berpikir, dan manusia mempunyai daya pikir untuk melihat fenomena. Jadi, kebenaran sangatlah penting dipelajari. Apa menfaat dari mempelajari teori kebenaran Jawab : untuk menambah ras ingin tahu bahwa di dalam setiap fenomena ada sisi benarnya dan sisi salahnya. Jadi kita tahu mana yang benar dan salah. F. Filsafat Manusia Apa yang dimaksud dengan filsafat manusia? Jawab : Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat Manusia sering juga disebut sebagai Antropologi Filosofis. Filsafat Manusia memiliki kedudukan yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dll. Mengapa perlu mempelajari filsafat manusia? Jawab : dengan mempelajari filsafat manusia berarti kita dibawa ke dalam suatu panorama pengetahuan yang sangat luas, dalam, dan kritis yang mengembangkan esendi manusia seperti mengetahui apa dan siapa manusia secara menyeluruh. Apa manfaat mempelajari filsafat manusia? Jawab : untuk menemukan hukum-hukum perbuatan manusia, sejauh perbuatan itu dapat dipelajari secara indrawi atau bisa dijadikan objek introspeksi. Sedangkan filsafat manusia mengarahkan penyelidikannya terhadap segi yang lebih mendalam dari manusia memberikan pemahaman yang esensial tentang manusia, sehingga pada gilirannya, kita bisa meninjau secara kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi dibalik teori-teori yang terdapat di dalam ilmu-ilmu tentang manusia memudahkan untuk mengetahui hakikat atau jawaban tentang siapakah manusia dan apa tujuan mereka hidup di dunia Filsafat etika dan moral Apa yang dimaksud dengan filsafat etika ? Jawab : Etika adalah sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Mengapa perlu mempelajari filsafat etika ? Jawab : orang dapat mempelajari bahwa nilai moral berbeda ditempat satu dengan yang lain dizaman satu ke zaman lain. Dapat membentuk hati nurani peserta didik dalam bidang pendidikan. Dapat memahami manusia sebagi makhluk sosial bisa menyadari perilaku terikat oleh nilai moral yang tumbuh berkembang. Apa manfaat dari Etika Jawab : Memberi rasa tanggung jawab. Dapat dijadikan sebuah pedoman. Meningkatkan kredibilitas perusahaan ataupun organisasi. Menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Dapat melindungi hak-hak anggota dan pekerja, serta Dapat digunakan sebagai rujukan dalam penyelesaian berbagai masalah, baik itu masalah internal maupun eksternal. Tatanan keilmuan Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi Apa yang dimaksud dengan Ontologi, Epistomologi dan Aksiologi ? Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan. Sedangkan, Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Mengapa harus belajar tentang epistemologi dalam filsafat? Jawab : Karena epistemologi merupakan cabag ilmu filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya suatu pengetahuan. Epistemologi mempunyai banyak sekali pemaknaan atau pengertian yang sulit untuk dipahami jika ingin lebih midah untuk dipahami harus mengetahui dasar dari epistomologi. Apa manfaat Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam mempelajari ilmu komunikasi ? Jawab : Dalam ilmu filsafat, dikenal tiga aspek yang menjadi pilar utama filsafat, yaitu Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Ketiga aspek ini merupakan pertanyaan dasar yang menjadi gerbang ilmu pengetahuan. Secara sederhana, ontologi mempertanyakan hakikat pengetahuan, epistemologi membahas cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, dan aksiologi mengkaji manfaat dari ilmu pengetahuan. Sebagai suatu ilmu, komunikasi tidak lepas dari kajian filsafat. Secara spesifik akan dijelaskan bagaimana tiga pilar filsafat tersebut menjadi penting dalam mempelajari ilmu komunikasi. Filsafat Pancasila Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sistem filsafat Pancasila! Jawab : Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem yang dimaksud dalam hal ini adalah satu-kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Satu kesatuan bagian-bagian. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Saling berhubungan, saling ketergantungan. Kesemua dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem). Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:122) Dalam Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila lainnya. Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam pengertian bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara. Mengapa mausia selalu berfilsafat? Dan mengapa filsafat yang digunakan bangsa kita adalah filsafat Pancasila! Jawab : Karena selama ini manusia hidup selalu berfilsafat, adanya filsafat dari adanya rasa keinginan tahu manusia yang diimplementasikan dengan bertanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia tersebut. Dalam filsafat juga dapat diartikan sebagai kegiatan manusia dalam mencari jawaban atas pertanyaan. Bangsa Indonesia menggunakan filsafat Pancasila dikarenakan Pancasila mampu memberikan jawaban mendasar tentang hakikat kehidupan bernegara, yaitu dalam susunan politik, sistem politik, bentuk Negara, susunan perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang ada di Indonesia. Apa manfaat dari filsafat Pancasila ? Jawab : Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia Filsafat Pancasila sebagai daasar negara Republik Indonesia Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia J. Filsafat Karya Ilmiah Apa itu karya ilmiah? Jawab: Karya Ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan suatu permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat. Penulisan karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis. Mengapa mahasiswa harus belajar filsafat karya ilmiah ? Jawab : karena mahasiswa di tuntut untuk tidak hanya dapat berbahasa Indonesia yang baik, tetapi juga harus menguasai cara penulisan dan tatanan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan baku, yang benar menurut kaedah berbahasa dan menulis yang ada. Bukan hanya harus dapat sekadar menulis, tetapi harus dapat setidaknya membuat karya ilmiah yang baik dan benar sesuai aturan yang ada agar mahasiwa dapat berpikir semakin kreatif dan aktif bukan hanya di kelas, tetapi juga dalam berkreativitas. Mengapa begitu? Seorang mahasiswa diharapkan untuk dapat berpikir out of the box, yang maksudnya adalah semua mahasiswa dapat memikirkan yang orang lain tidak sampai memikirkan hal tersebut. Jika seorang mahasiswa lebih kreatif, maka dia juga aka mendapatkan masa depan cerah seperti yang diharapkan. Manfaat penulisan karya ilmiah bagi mahasiswa? Jawab : Mahasiswa dapat mengetahui, memahami konsep dasar penulisan karya ilmiah Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami naskah ilmiah, jenis-jenis dan ciri-ciri serta syarat-syarat dalam penulisan karya ilmiah. Mahasiswa dapat mengetahui, memahami dan mampu mengimplementasikan teori, konsep dan langkah-langkah penulisan karangan ilmiah dan unsur-unsurnya. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menguasai tentang kajian kepustakaan untuk mengimplementasikan dalam penulisan karangan ilmiah. Mahasiswa mengetahui, memahami dan menguasai tentang pembuatan skipsi, tesis, disertasi jurnal . Mahasiswa mengetahui, memahami, dan menguasai cara menyajikan tabel, grafik beserta petunjuk pembuatan tabel. Mahasiswa dapat memahami dan menguasai pembuatan bibliografi, summary dan indeks. 1